Laman

Selasa, 05 September 2017

Meningitis merenggut penglihatanku Namun tidak Impianku

Meningitis merenggut penglihatanku, Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Reni Marina memiliki cita-cita untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Beruntung sekali hal itu mendapatkan dukungan dari seluruh anggota keluarganya. Reni pun dengan semangatnya menyiapkan diri untuk meraih impiannya itu. “Saya itu orangnya perfeksionis, artinya segala sesuatu keinginannya harus sempurna. Dan saya bepikir cita-cita saya harus saya capai sesuai dengan harapan,” tuturnya. 

Meningitis merenggut penglihatanku Namun tidak Impianku

Reni memiliki keinginan yang sangat kuat agar berhasil mencapai keinginannya. Untuk itu ia begitu serius dalam belajarnya. Namun, hal itu yang membuatnya seringkali lupa akan waktu sehingga ia tidak makan secara teratur hingga pada akhirnya ia pun terkena sakit maag. Pada suatu hari dalam keadaan perut kosong, ia minum-minuman bersoda sebotol penuh, hal itu memperburuk sakit maagnya. Tidak disangka karena hal itu meningitis merenggut penglihatanku. “Pada awalnya saya biarkan begitu, saya hanya menahan sakit yang saya anggap biasa-biasa saja dan tidak kepikiran untuk periksa ke dokter,” terang Reni soal kondisinya pada saat itu. 

Namun, tidak disangka kalau pada akhirnya kondisinya pun semakin memburuk, ia merasa lambungnya seperti dibakar,” kaya mau meledak rasa dalam perutnya, saking panasnya.” Kakaknya yang melihat kondisi adiknya itu merasa khawatir dan langsung membawa Reni ke klinik. Saat dalam penanganan oleh dokter, Reni di rujuk ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan lebih lanjut lagi. Karena gejala yang ditimbulkan seperti meningitis. Sewaktu ia pulang ke rumahnya, Reni muntah darah. Dari situlah baru Reni dibawa ke rumah sakit. Meningitis merenggut penglihatannya.

Reni di diagnosa oleh dokter mengidap penyakit tipes, namun beberapa hari dalam masa perawatan kondisinya malah semakin memburuk bahkan mengalami kejang, panas tinggi hingga koma.

Setelah selama dua Minggu dalam keadaan koma, Betti sang kakak diberi tahu oleh dokter bahwa adiknya itu mengalami meningitis, atau terjadi radang otak yang disebabkan oleh bakteri yang telah mencapai ke selaput otak.

“Pada saat itu saya tidak tahu berapa lama saya mengalami koma, pas saya sudah sadar, saya hanya merasakan gelap dan saya panggil kakak saya.” Jelas Reni saat sadar dari komanya.

Reni pun bertanya kepada kakaknya, mengapa kondisi di sekililing saya gelap. Ia menduga gelap karena mati lampu. Sang kakak pun merasa panik dan sedih melihat kondisi adiknya seperti itu. Ia pun segera memanggil dokter. Stelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Reni mengalami kebutaan

“Saya menangis dan teriak-teriak histeris, saya menyalahkan dokter tersebut.”

Saat itu dokter memberikan sedikit harapan bahwa ada kemungkinan penglihatannya akan pulih kembali, Reni sungguh berharap hal itu benar terjadi. Namun, setelah ia di bawa ke dokter mata, hasil yang diperolehnya itu menyatakan bahwa saraf mata Reni telah mengalami kelumpuhan akibat dari meningitis yang di alaminya itu. Doter memvonis dirinya tidak akan dapat melihat lagi selamanya.

Marah, sedih, putus asa, itulah yang dirasakan Reni pada saat itu. Baginya impian untuk dapat melanjutkan kuliah sudah pupus. Ia merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi dan semuanya telah hancur. Keluarga pun saling menyalahkan atas kejadian yang dialami oleh Reni, hal itu yang menambah dirinya semakin sedih.

Setelah segala upaya medis dilakukan tidak membuahkan hasil, Betti mendapatkan saran agar membawa adiknya itu ke orang pintar, yang mungkin saja dapat menyembuhkan penyakitnya Reni secara spriritual. “kita keluarga karena demi kesembuhan Reni mau-mau saja,” papar Betti.

Namun, harapan Reni untuk dapat melihat kembali belum juga terwujud. Akhirnya keluarganya pun membawanya kembali ke kampung. Tetapi sang ibu yang melhat kondisi Reni yang seperti itu juga merasa sedih, ia pun mengalami depresi dan komplikasi penyakit hingga pada akhirnya ibunya tutup usia.

Dengan kondisi Reni yang seperti itu di tambah dengan kehilangan ibu yang yang sangat dicintainya mambuat Reni semakin sedih, ia pun berpikir bahwa dirinya sudah tidak mungkin lagi kuliah.

“Orang buta itu bisanya hanya pijat, menganyam dan mengemis,” demikian pikir Reni. Namun, dirinya pun tidak ingin hal tersebut menjadi masa depannya, kondisinya yang buta seperti itu membuatnya tidak ingin hidup lagi. Selama lima belas tahun ia mengurung diri dalam kondisi depresi atas penyebab dari meningitis.

Hingga suatu malam dalam tidurnya ia bermimpi. Dari mimpi itulah Reni kini kembali membuka pintu yang baru dalam hidup Reni. Dia merasa dalam mimpinya itu telah memberikan kekuatan padanya. Sehingga kini Reni sudah lenih terima atas kondisinya yang buta karena meningitis.

Dengan kondisinya yang sudah pulih kembali. Reni pun mendapat tawaran untuk bergabung di sebuah yayasan yang membina ia masuk kelas pengembangan diri hingga ia dapat menggunakan komputer melalui sistem suara, belajar membaca dan menulis dengan menggunakan huruf braile serta berjalan dengan menggunakan tongkat.


“Disinlah saya merasakan kasih sayang Allah yang sangat luar biasa. Dan saya benar-benar menerima diri saya kembali. Disitulah saya berpikir bahwa tuhan itu ada dan dekat. Semenjak itu saya selalu berdo’a dan meminta maaf atas dirinya yang pernah menyalahkan-Nya.”

Reni kini juga kembali merajut impiannya kembali yang sempat tertunda karena meningitis hingga dirinya mengalami kebutaan. Ia kuliah di perguruan tinggi jurusan pendidikan. Dikelas saya menggunakan alat perekam, jadi setiap pelajaran yang disampakan oleh dosen dan dirumah saya pindahkan ke laptop, seperti itu setiap hari saya lakukan selama kurang lebih empat tahun.
kunjungi juga >> travel haji  >>  travel haji 2018  >>  travel haji 2019

Semua keluarga dan orang-orang terdekat Reni yang mengenalnya secara pribadi melihat perubahan besar yang dialaminya merasa bangga atas pencapaiannya selama ini. Meskipun ia tidak dapat melihat, namun ia akan tetap bisa berkarya. Bahkan ia sudah meraih gelar sarjana dalam bidnag pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar