Laman

Tampilkan postingan dengan label Biasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biasa. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Oktober 2017

Dikira Sakit Kepala Biasa Ternyata Meningitis

Ternyata meningitis, Ada seorang suster bernama Dianne Woodford saat di identifikasi penyakit, dia mengira penyakit yang dideritannya akan lebih baik dibanding orang lain. Namun, memang tidak ada seorang pun yang sempurna, dikira hanya sakit kepala biasa. Dianne ternyata terkena penyakit meningitis dan sampai kedua matanya tidak dapat melihat (buta). Perkiraan Sembilan tahun yang lalu di tanggal 22 Agustus, Dianne telah terserang oleh bakteri meningitis, bentuk infeksi yang dirasakan parah dan dapat merusak saraf dan otak

Dikira Sakit Kepala Biasa Ternyata Meningitis

Dia mengira selama ini hanya sakit kepala biasa saja, ternyata meningitis. ketidaksukaannya pada cahaya juga dianggap hal yang biasa-biasa saja. namun kenyataannya penyakit itu turut menyerang pada penglihatan ibu dari tiga anak ini.

“Awalnya saya ingat kembali ke rumah usai jam makan siang, tiba-tiba kepala nyeri sekali. Saat itu saya hanya mengira butuh tidur sebentar saja untuk dapat menghilangkan sakit kepala tersebut, tidak pernah berpikir yang macam-macam, hingga pada akhirnya ternyata meningitis yang menyerang saya,” ungkap Dianne.


Selain itu, lanjut dia, saya merasa dari hari ke hari kondisi semakin tidak membaik dan mengira saya terserang flu. Ketiga anak saya bernama Ella, Joe dan Jamie. Jamie yang pada saat itu masih balita, jadi saya harus menidurkannya dan meminum beberapa jumlah obat sebagai penghilang rasa sakit. Lalu, saya berbaring di sofa dan meminta Ella untuk membangunkannya jika Jamie sudah terbangun. Dianne dengan suaminya sudah lama bercerai.

Namun, suatu ketika saat Ella hendak membangunkan ibunya beberapa jam kemudian Dianne malah pingsan. Itu merupakan hal yang mengerikan bagi Ella. setelah itu Ella keluar memanggil tetangganya dan menelpon ambulans. Para medis dengan segera memberikan antibiotik, kemudian membawanya ke Hull Royal Infirmary. 

Dannie mengingat, bahwa pada saat itu dirinya koma selama 24 jam. Setelah melakukan scan otak dan tes fungsi lumbal, dimana cairan tulang belakang diuji untuk mengkonfirmasi dugaan meningitis. Dokter berusaha melakukan semuanya untuk bisa melawan infeksi dalam tubuh Dianne dan berusaha menurunkan radang otaknya.

“Pada keesokan harinya, saat itu saya benar-benar mengerikan, namun masalah yang sebenarnya adalah ketika pada saat membuka kedua mata semuanya terlihat kabur,” terang Dianne.

Dokter menjelaskan kepada Dianne, bahwa bakteri telah bersarang di pembuluh darah halus yang terkait di retina. Pada sistem kekebalan tubuhnya itu telah mencoba untuk membersihkan infeksi, namun telah terjadi peradangan di otaknya dan pendarahan yang merusak secara permanen pada sel-sel di retinanya tersebut. Dan dapat mengoperasi Dianne untuk mencoba menghentikan pendarahan lanjutan. Namun, harapan besar untuk penglihatannya kembali normal sangat minim sekali. 

Meskipun Dianne telah menjalankan 12 operasi, doketr tidak mampu untuk menyelamatkan penglihatan Dianne. Dianne pun mengalami kebutaan. Kesempatan untuk melihat orang-orang terdekat, menikmati berbagai kegiatan, dan hal lainnya sudah tidak bisa lagi dilakukan olehnya.

Setahun setelah penyakitnya itu, Dianne akhirnya memutuskan untuk mendirikan badan amal karena ia merasa bahwa ia ingin memberikan tunanetra lainnya kesempatan untuk tidak hanya bisa bertemu dengan orang lain yang sebayanya saja, melainkan keluar dan ikut menikmati berbagai kegiatan bersama orang-orang. Artinya mereka para tunanetra juga bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat seperti berlayar, olah raga memanah dan menembak, mengikuti kelas seni atau hal lainnya.

Lalu, empat tahun kemudian, badan amal yang didirikan oleh Dianne semakin mapan. “Hidup ini banyak macamnya, terkadang sangat menantang, terkadang juga tidak, tapi setidaknya saya kini merasa memiliki kehidupan baru,” tutur Dianne.

Jumat, 05 Mei 2017

Kejang Panas Biasa dan Kejang Meningitis Pada Anak itu Beda

Kejang panas biasa dan kejang meningitis pada anak itu beda, Meningitis penyakit yang sangat membahayakan dan mematikan. Siapa saja bisa mengalami hal tersebut. Karena meningitis yang disebabkan oleh infeksi, maka bisa menular dengan melalui batuk, bersin, gigitan nyamuk dan berciuman. Terutama bila anak-anak yang terserang penyakit flu atau pilek, dapat mengalami demam tinggi yang memicu terjadinya kejang-kejang. Biasanya munculnya gejala tersebut akan mereda dengan sendirinya namun terkadang bisa juga berlangsung lama menetap dan para orang tua disarankan agar ekstra hati-hati terhadap kejang yang seperti itu, jika di alami oleh anak-anaknya.

Kejang Panas Biasa dan Kejang Meningitis Pada Anak itu Beda

Dipaparkan oleh dr Tinuk Agung, SpA, dari Rumah Sakit Anak dan Ibu (RSAB) Harapan Kita bahwa Kejang panas biasa dan kejang meningitis pada anak itu beda, jika terjadinya kejang terhadap anak yang berlangsung lama diperkirakan bisa jadi anak tersebut terkena meningitis. Penyebabnya dikarenakan adanya infeksi kuman pada selaput otak, dimana kalau tidak segera ditangani dengan tepat bisa menyebabkan kematian. "Adanya kuman yang menyebabkan infeksi tersebut memang cukup ganas. Yang lebih sering seperti Haemophilus influenza golongan b atau streptococcus," jelas dr Tinuk.

"Gejala yang dimunculkan itu kejang dan penurunan kesadaran yang cukup lama bukan seperti step biasa. Kalau lagi panas yang kebanyakan masyarakat bilang step itu kejang sebentar terus nangis biasa, nah kalau pada meningitis itu panas kejang terus tidak bangun, Kejang panas biasa dan kejang meningitis pada anak itu beda " papar dr Tinuk.

Bila ada kecurigaan orang tua sangat perlu untuk segera membawa anak untuk mendapatkan pertolongan medis oleh dokter. Dokter akan memberikan obat antibiotik injeksi sambil mendapat perawatan ketat dengan harapan kuman yang menyerang dapat dibunuh dengan cepat sebelum membuat kerusakan yang lebih parah lagi.

Pada kasus infeksi meningitis yang cukup parah, bila anak dapat diselamatkan ada kemungkinan terdapat gejala sisa. Hal ini disebabkan oleh kerusakan yang cukup para dan sudah terlanjur terjadi pada otak anak.

"Kalau misalnya anak tersebut dapat dikatakan sembuh tapi sudah sempat parah tidak sadarkan diri lama itu bisa ada gejala sisa. Contohnya anak jadi kaku-kaku dan pasti akan menimbulkan gangguan terhadap tumbuh kembang serta kecerdasan terhadap anak tersebut," tutup dr Tinuk.


baca artikel selanjutnya :
paket umroh  [  paket umroh 2018  ]  paket umroh 2019