Laman

Tampilkan postingan dengan label Risiko. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Risiko. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 November 2017

Memelihara Hewan Reptil Ini Risiko Meningitis

Reptil risiko meningitis, Selain kelinci dan kucing dijadikan hewan peliharaan di rumah, ada kura-kura yang dapat dijadikan hewan peliharaan. Nah, buat para orang tua yang kebetulan memiliki anak yang senang memelihara binatang yang disukainya. Apalagi mengutarakan keinginan mereka untuk memelihara kura-kura, terlebih ukuran yang masih kecil alias anakan, sebak-baiknya sebagai orang tua harus lebih berhati-hati mengenai hewan peliharaan tersebut. kenapa? Sebabnya reptil dapat membawa bakteri salmonella yang rentan sekali memicu infeksi.

Memelihara Hewan Reptil Ini Risiko Meningitis

Dalam pemberitaan yang muncul baru-baru ini, Centers for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa kalau seperti reptil lain, kura-kura dapat membawa bakteri yang dapat menyebaban salmonellosis. Salmonellosis ialah infeksi yang dapat menyebabkan kematian dengan bebarapa gejala yang ditimbulkan seperti demam, diare dan kram perut. Selainnya, reptil risiko meningitis.

CDC menuturkan, jika seseorang melakukan kontak langsung dengan kura-kura atau habitatnya dapat memperbesar risiko infeksi. Hewan reptil risiko meningitis, harus hati-hati terutama pada anak-anak. “Sebab kami telah menemukan selama 6 bulan terakhir ini, ada 16 orang masuk Rumah sakit menjalani masa perawatan dan berasal dari 13 negara bagian. Dari banyaknya 37 kasus yang telah dilaporkan, 12 pasien yang berusia 5 tahun ke bawah,” jelasnya.

Dalam studi tahun 2015 yang telah diterbitkan di jurnal Archives of Disease in Childhood, menunjukan bahwa selain infeksi salmonella, pada anak-anak juga akan berisiko terkena infeksi bakteri seperti meningitis atau colitis, dengan melalui perantara reptil tersebut. dalam studi itu, telah ditemukan dari banyak kasus sebesar 174 kasus infeksi salmonella yang dialami oleh anak dibawah 5 tahun, anak yang harus diopname ada 48 persen.

Sementara itu, 17 persennya anak mengalami infeksi yang lebih serius lagi. Yang sebelumnya, CDC sudah memberikan himbauan agar keluarga tidak perlu membelikan kura-kura untuk menjadi peliharaan anak mereka atau menerima maupun sebaliknya, memberi kura-kura pada anak dengan panjang kurang dari 10 cm untuk dijadikan sebagai hadiah untuknya.

Kemudian, bagaimana kalau kebetulan di rumah sudah ada hewan peliharaan berupa kura-kura tersebut? CDC memiliki rekomendasi keamanan dan keselamatannya nih, Jangan lupa untuk cuci tangan setelah memegang hewan itu, makanannya maupun kandangnya. Disebabkan, makanan reptil seperti hewan pengerat dan makanan beku, juga perkakas yang ada di dalam kandang reptil dapat juga terkontaminasi salmonella.

Setelah itu, letakkan kura-kura jauh dari dapur dan ruang makan atau tempat penyimpanan makanan di rumah. Kalau sudah tiba waktunya untuk membersihkan kandang, sebaiknya lakukan diluar rumah saja. Ada yang penting juga nih, meskipun sudah sayang sekali dengan si kura-kura terlebih yang masih anakan, tidak perlu sampai dipeluk erat atau dicium-cium. Jika tetap melanggar cara itu, hati-hati risiko yang akan menyerang.

Jumat, 27 Oktober 2017

Bebarapa Faktor Risiko Penyakit Meningitis

Faktor risiko meningitis, meningitis ialah radang pada selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Banyak kasus penderita meningitis yang terlambat untuk dideteksi. Padahal meski meningitis dapat mematikan, penyakit ini juga sangat memungkinkan untuk disembuhkan bila dideteksi sejak dini. Penyakit meningitis terjadi akibat dari bakteri atau virus, memasuki ke aliran darah dan dapat berpindah ke otak hingga sumsum tulang belakang.

Bebarapa Faktor Risiko Penyakit Meningitis

Seseorang yang telah terkena infeksi meningitis akan mengalami beberapa gejala diantaranya adalah demam, sakit kepala hebat, kebingungan, nyeri dan kaku pada leher, muntah, mual dan peka terhadap cahaya atau suara keras, hingga tidak nafsu makan dan minum. Kebanyakan pasien yang menderita penyakit meningitis juga sudah salah paham dalam mengartikan gejala yang timbul akibat dari penyakit ini. banyak faktor risiko meningitis.

Sakit kepala dan demam yang mereka alami itu sering sekali dianggap sebagai penyakit biasa-biasa saja. Yang membedakan meningitis dengan penyakit-penyakit lainnya adalah pada gejala penyakit meningitis, sakt kepala hebat dan nyeri pada leher yang terjadi secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang sangat lama. Anda sebaiknya selalu mewaspadai faktor risiko meningitis. maka Anda dapat berusaha untuk mencegahnya agar tidak terkena. Adapun beberapa faktor risiko penyebab meningitis diantaranya adalah:

Masalah usia, selain dapat menyerang seeorang dengan usia 20 tahunan, meningitis juga dapat meyerang kepada siapa saja terutama anak anak, sebab anak-anak masih memiliki daya tahan tubuh yang masih rendah. Selanjutnya, tidak mendapatkan vaksin, bagi Anda ynag tidak mendapatkan vaksin akan memiliki risiko tinggi untuk menderita meningitis. sebab itu disarankan bagi Anda yang memiliki bayi atau anak kecil maupun remaja agar segera suntik vaksin.

Sistem kekebalan tubuh, banyak faktor yang dapat menurunkan sistem kekbalan tubuh pada seseorang, termasuk AIDS, konsumsi alkohol dan merokok, diabetes dan penggunaan obat imunosupresan juga dapat membuat Anda akan lebih rentan terserang meningitis.

Tinggal dalam grup, bagi orang yang tinggal dalam komunitas atau grup besar, seperti pada anak-anak yang yang tinggal di rumah susun atau di asrama, akan memiliki risiko yang amat besar untuk terkena meningitis. Pada peningkatan risiko ini dapat terjadi karena virus dan bakteri akan lebih mudah untuk menyebar dengan cepat.

Hamil, ibu hamil juga dapat berisiko tertular virus dan bakteri penyebab meningitis. dimana bakteri yang dapat menyerang ibu hamil ialah bakteri listeria. Jika terserang bakteri ini juga akan membahayakan janin dalam perut anda dapat berisiko terinfeksi. Jika Anda berada pada salah satu kondisi yang seperti itu, maka Anda harus segera berkonsultasi ke dokter, ketika meningitis Anda sudah masuk dalam stadium lanjut dan terlambat untuk dapat ditangani.

Rabu, 16 Agustus 2017

Risiko Kematian Pasien Meningitis TB Stadium 3

Pasien Meningitis, Meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak yang disertai dengan radang pada membran pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara kesatuannya itu disebut dengan meningen. Ketika telah terjadi peradangan, meningen akan membengkak karena infeksi yang telah terjadi. Nah, jika meningitis sudah masuk stadium terminal dan tidak ditangani, maka risiko kematian pastinya akan mengintai dalam kurun 3 pekan. Sehingga kita harus selalu mewaspadai karena penyakit ini tergolong sangat berbahaya dan tidak boleh dianggap ringan.

Risiko Kematian Pasien Meningitis TB Stadium 3

Meningitis itu sendiri memiliki dua golongan. Dimana golongan tersebut berdasarkan dari perubahan yang terjadi pada cairan otak di kepalan pasien meningitis yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai dengan cairan otak yang jernih. Penyebab yang sangat sering dijumpai itu adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta adalah radang pada selaput otak yang di alami penderita bersifat akut dan dapat menimbulkan eksudasi berupa pus, yang disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus.

"Penularan kuman dapat terjadi dimana dan kapan saja, baik secara kontak langsung dengan pasien meningitis dan droplet infection yaitu disebabkan karena terkena percikan air liur, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok si penderita. Saluran pernapasan yang merupakan port d'entree utama pada penularan penyakit meningitis ini," terang Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP-PL) Kemenkes.

Banyaknya jumlah bakteri tersebut disebarkan pada orang lain dengan melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan. yang masuk dari aliran darah ke dalam cairan serebrospinal. Lalu bakteri yang tersebar tersebut kemudian memperbanyak diri didalamnya, sehingga dapat juga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak

Meningitis Tuberkulosa yang terdiri dari tiga stadium, yakni stadium I atau stadium prodormal yang waktunya itu selama 2-3 minggu dengan gejala yang ditimbulkan cukup ringan dan tampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, gejala yang ditimbulkan untuk permulaan penyakit lebih bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan menurun, mudah tersinggung/sensitif, cengeng, rewel, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Sedangkan pada orang dewasa terdapat panasdengan suhu yang naik turun, sakit kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan gelisah.

Pada stadium 2 merupakan stadium transisi yang waktunya itu akan berlangsung selama 1-3 minggu dengan gejala penyakit akan lebih berat lagi di mana pasien akan mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai dengan kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meninggal mulai nyata, seluruh tubuh akan terasa kaku, terdapat  beberapa tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. lagi 

"Sedangkan untuk stadium 3 atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma. Penderita meningitis yang masuk pada stadium  ini penderita kemungkinan besar  akan kehilangan nyawanya dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya," terang Prof Tjandra. lanjut di baca >> daftar haji > daftar haji 2018 > daftar haji 2019

Rabu, 07 Juni 2017

Cipratan Air Liur Orang Sakit Tingkatkan Risiko Infeksi Meningitis

Cipratan air liur orang sakit, Meningitis merupakan penyakit yang cukup membahayakan bahkan berisiko kematian. Data meningitis yang ada di Indonesia belum ada yang tepat sebab kasus meningitis sering kali disangka sebagai penyakit biasa atau infeksi lain. Meningitis terjadi pada anak dengan tiba-tiba dan menambah angka kematian yang cukup tinggi.Oleh sebab itu, penyakit infeksi yang menyerang dan menyelimuti otak itu jarang disadari oleh para orangtua.

Cipratan Air Liur Orang Sakit Tingkatkan Risiko Infeksi Meningitis

Dijelaskan oleh seorang Dokter Spesialis Anak dari RS Evasari Jakarta yakni dr Darmady Darmawan SpA, meningitis adalah infeksi pada selaput pelindung (meninges) yang menyelimuti otak dan juga saraf tulang belakang. Itu disebabkan karena adanya virus, bakteri dan patogen lainnya, dari semuanya itu bisa keluar dari cipratan air liur orang sakit. Penyakit meningitis ini bisa menyerang siapa saja, lebih rentan menyerang pada anak-anak. Meski gejala awal dari penyakit ini tidak mudah untuk dikenali, namun meningitis ini termasuk jenis penyakit yang harus dengan segera di tangani.

"Banyak cara penularan meningitis yang disebabkan dengan melalui cipratan air liur orang sakit. Kalau dari cipratan air liur itu terkena ke anak dapat menyebarkan bakteri," papar dr Darmady.

Adapun jenis bakteri yang paling sering sekali menyebabkan meningitis yaitu hemofilus influenza B, pneumonia dan juga neiseria meningitis. Untuk sementara itu, proses penularannya sangat cepat. Bagaimanakah prosesnya?

"Pada proses bakteri infeksi kena droplet kumpul menjadi satu lalu masuk ke saluran pernapasan. Dari sanalah bakteri yang menyebar bikin infeksi ke aliran darah dan menuju ke otak," terang dr Darmady.

Untuk selanjutnya, jika sudah seperti itu terjadilah infeksi yang menjadi gejala meningitis pada anak. Dalam Bentuknya itu berupa infeksi pada tenggorokan, infeksi dalam otak, infeksi paru-paru atau sinusitis.

Sebab itu, dilihat dari tingkat fatal meningitis, penyakit ini patut untuk diwaspadai dan tidak boleh dianggap enteng. sebagai Orangtua harus segera mungkin deteksi dini pada anak yang mungkin sedang sakit yang tak kunjung sembuh. Agar Si kecil cepat tertolong dan dapat diatasi dengan tepat.


baca juga selanjutnya:
travel haji  >>  travel haji 2018  >>  travel haji 2019

Kamis, 18 Mei 2017

Banyak Kasus Meningitis Hingga Risiko Meninggal Dunia

Banyak kasus meningitis, Tanda paling awam yang dimunculkan adalah demam tinggi secara tiba-tiba, dan sakit kepala yang dahsyat hingga bikin meringis. Penyakit yang memiliki resiko tinggi dan juga mematikan ini dikenal dengan nama meningitis. Indonesia sudah dikejutkan beberapa penderita yang terkena dengan penyakit bahaya itu. Salah satunya ialah Olga Syahputra, salah satu komedian yang namanya melambung tinggi di dunia entertaiment yang pernah dipunyai negeri ini. Dia sering mengalami suhu tubuh yang tidak teratur, sehingga membuatnya sering demam tinggi dan kelelahan. Selain itu juga sering diserang sakit kepala yang maha dahsyat yang membuatnya nangis histeris. Setelah kabar kematiannya mulai berhembus, barulah muncul sebuah nama penyakit yang mematikan itu yang disebut-sebut menjadi penyebab kepergian komedian tersebut. Namanya meningitis.

Banyak Kasus Meningitis Hingga Risiko Meninggal Dunia

Bagi sebagian orang Indonesia, penyakit ini sangat asing sekali di telinga mereka. Ketimbang dngan penyakit demam berdarah atau jenis penyakit tropis lainnya, meningitis memang tidak begitu populer di sini. Tapi, yang merupakan jenis penyakit infeksi, meningitis merupakan satu di antara penyakit infeksi saraf yang paling mematikan dan sering menjadi ancaman bagi negeri maju maupun berkembang, seperti Indonesia ini. Banyak kasus meningitis hingga risiko kematian.

Ada sekitar 1,2 juta kasus meningitis bakteri yang terjadi pada setiap tahunnya di dunia, dengan tingkat kematian yang sudah mencapai 135.000 jiwa. Artinya banyak kasus meningitis hingga risiko kematian. Wabah meningitis terbesar dalam sejarah duniayang tercatat oleh WHO terjadi pada tahun 1996–1997 yang menyebabkan lebih dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian. Epidemi terparah juga pernah menimpa Negara Afrika bagian Sahara dan sekitarnya selama satu abad lamanya. Angkanya itu sampai 100 hingga 800 kasus pada 100 ribu orang.

Di Indonesia itu sendiri, menurut data yang dimiliki Kementerian Kesehatan Indonesia, pada tahun 2010 lalu, jumlah kasus meningitis yang dialami oleh laki-laki sudah mencapai 12.010 pasien, sedangkan pada wanita kurang lebih ada sekitar 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang meninggal dunia sejumlah 1.025.

Di RSUD Dr. Soetomo pada tahun 2010 terdapat 40 pasien yang telah di diagnosis meningitis. Dengan sebanyak 60 persen laki-laki dan 40 persen wanita. Dari angka tersebut, dilaporkan ada 7 pasien yang meninggal dunia. Pada tahun 2011, juga dilaporkan ada 36 pasien yang didiagnosis meningitis. Sekitar 67 persen pasien laki-laki dan sekitar 33 persen wanita. Sebelas di antaranya itu meninggal dunia. 

Jelas, dari angka-angka itu dapat menunjukkan bahwa penyebaran pasien yang di diagnosis meningitis pada tiap tahunnya hampir merata. Melihat adanya risiko kematian yang seringkali belum bisa terprediksi dengan pasti yang menunjukkan betapa kritikalnya penanganan yang dibutuhkan oleh pasien bersama penyakit ini.



informasi umroh tentang:
paket umroh  [  paket umroh 2018  ]  paket umroh 2019